Belanda akhirnya
mengakui bahwa kemerdekaan Indonesia adalah
tanggal 17 Agustus 1945 sesuai dengan proklamasi
kemerdekaan Indonesia, bukan tanggal 27 Desember 1949 saat soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani
di Istana
Dam, Amsterdam.
Pengakuan ini baru dilakukan pada 16 Agustus 2005,
sehari sebelum peringatan 60 tahun proklamasi kemerdekaan Indonesia, oleh Menlu Belanda Bernard Rudolf Bot dalam pidato resminya di Gedung Deplu.
Pada kesempatan itu, Pemerintah Indonesia diwakili oleh Menlu Hassan Wirajuda. Keesokan harinya, Bot juga
menghadiri Upacara Kenegaraan Peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 Kemerdekaan RI
di Istana Negara, Jakarta. Langkah Bot ini mendobrak tabu dan
merupakan yang pertama kali dalam sejarah.
Pada 4 September 2008,
juga untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang Perdana Menteri
Belanda, Jan Peter
Balkenende, menghadiri Peringatan HUT Kemerdekaan RI. Balkenende
menghadiri resepsi diplomatik HUT Kemerdekaan RI ke-63 yang digelar oleh KBRI Belanda di Wisma
Duta, Den Haag. Kehadirannya didampingi oleh para
menteri utama Kabinet
Balkenende IV, antara lain Menteri Luar Negeri Maxime
Jacques Marcel Verhagen, Menteri Hukum Ernst Hirsch Ballin,
Menteri Pertahanan Eimert
van Middelkoop, dan para pejabat tinggi kementerian luar negeri,
parlemen, serta para mantan Duta Besar Belanda untuk Indonesia.
Selama hampir 60 tahun, Belanda tidak bersedia mengakui
kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Belanda menganggap
kemerdekaan Indonesia baru terjadi pada 27 Desember 1949,
yaitu ketika soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan) ditandatangani
di Istana
Dam, Amsterdam. Di Belanda selama
ini juga ada kekhawatiran bahwa mengakui Indonesia merdeka
pada tahun 1945 sama saja mengakui tindakan politionele
acties (agresi
militer) pada 1945-1949 adalah ilegal.
Sebelumnya, pada tahun 1995, Ratu Beatrix sempat ingin menghadiri Peringatan Hari Ulang Tahun RI ke-50. Tapi keinginan ini ditentang
PM Wim Kok. Akhirnya Beatrix terpaksa mampir
di Singapura dan
baru memasuki Indonesia beberapa hari setelah peringatan proklamasi.
Pernyataan Pemerintah Belanda di Den Haag
Teks proklamasi
republik indonesia (gambar teks diatas adalah fotokopi) yang
ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta.
Menlu Ben Bot menegaskan,
kehadirannya pada upacara Hari Ulang Tahun RI ke-60 dapat dilihat sebagai
penerimaan politik dan moral bahwa Indonesia merdeka pada 17-8-1945. Atas nama
Belanda, ia juga meminta maaf.
Menlu Belanda Bernard Bot menyampaikan
hal itu dalam upacara peringatan berakhirnya pendudukan Jepang di Hindia
Belanda, hari Senin 15 Agustus 2005 di kompleks Monumen Hindia, Den Haag. Pernyataan Bot itu juga disaksikan Ratu Beatrix,
yang hadir meletakkan karangan bunga.
Bot secara eksplisit mengungkapkan bahwa sikap dan
langkahnya tersebut telah mendapat dukungan kabinet. "Saya dengan dukungan
kabinet akan menjelaskan kepada rakyat Indonesia bahwa di Belanda ada kesadaran
bahwa kemerdekaan Indonesia de
facto telah dimulai 17-8-1945
dan bahwa kita 60 tahun setelah itu, dalam pengertian politik dan moral,
telah menerima dengan lapang dada," demikian Bot.
Pengakuan secara resmi soal kemerdekaan Indonesia pada
17-8-1945 selama ini sulit diterima para veteran, sebab mereka ketika itu
setelah tanggal tersebut dikerahkan untuk melakukan Agresi
Militer. Baru kemudian pada 27 Desember 1949 penyerahan kedaulatan dari Belanda ke
Indonesia secara resmi diteken.
Menurut menteri yang lahir pada 21 November 1937 di Batavia (kini Jakarta),
itu sikap menerima tanggal kemerdekaan Indonesia pada 17-8-1945 dalam
pengertian moral juga berarti bahwa dirinya ikut mendukung ungkapan penyesalan
mengenai perpisahan Indonesia-Belanda yang menyakitkan dan penuh kekerasan.
"Hampir 6.000 militer Belanda gugur dalam pertempuran, banyak yang cacat
atau menjadi korban trauma psikologis. Akibat pengerahan militer skala
besar-besaran, negeri kita juga sepertinya berdiri pada sisi sejarah yang
salah. Ini sungguh kurang mengenakkan bagi pihak-pihak yang terlibat,"
tandas Bot.
Doktor hukum lulusan Harvard
Law School itu
melukiskan berlikunya pengakuan seputar tanggal kemerdekaan dan
hubungan Belanda-Indonesia itu seperti orang mendaki gunung. "Baru setelah
seseorang berdiri di puncak gunung, orang dapat melihat mana jalan tersederhana
dan tersingkat untuk menuju ke puncak. Hal seperti itu juga berlaku bagi mereka
yang terlibat pengambilan keputusan pada tahun 40-an. Baru belakangan terlihat
bahwa perpisahan Indonesia-Belanda terlalu berlarut-larut dan dengan diiringi
banyak kekerasan militer melebihi seharusnya. Untuk itu saya atas nama
pemerintah Belanda akan menyampaikan permohonan maaf di Jakarta," tekad
Bot.
"Dalam hal ini saya mengharapkan pengertian dan
dukungan dari masyarakat Hindia (angkatan Hindia Belanda), masyarakat Maluku di
Belanda dan para veteran Aksi Polisionil," demikian Bot.
Pernyataan Pemerintah Belanda di Jakarta
Selain itu Belanda sesalkan siksa Rakyat Indonesia
pasca 17-8-1945, akhirnya mengakui Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945. Belanda pun mengakui tentaranya
telah melakukan penyiksaan terhadap rakyat Indonesia melalui agresi militernya
pasca proklamasi.
"Atas nama pemerintah Belanda, saya ingin
menyatakan penyesalan sedalam-dalamnya atas terjadinya semuanya ini,"
begitulah kata Menlu Bernard Bot dalam pidato resminya kepada pemerintah
Indonesia yang diwakili Menlu Hassan Wirajuda, di ruang Nusantara, Gedung
Deplu, Jl Pejambon, Jakarta Pusat. "Fakta adanya aksi militer merupakan
kenyataan sangat pahit bagi rakyat Indonesia. Atas nama pemerintah Belanda saya
ingin menyatakan penyesalan sedalam-dalamnya atas semua penderitaan ini,"
kata Menlu Belanda Bernard Bot kepada wartawan dalam pidato kenegaraan tersebut,
hari Selasa 16 Agustus 2005.
Bot tidak menyampaikan permintaan maaf secara
langsung, hanya berupa bentuk penyesalan. Ketika ditanya mengenai hal ini, Bot
menjawab diplomatis. "Ini masalah sensitif bagi kedua negara. Pernyataan
ini merupakan bentuk penyesalan yang mendalam. Kami yakin pemerintah Indonesia
dapat memahami artinya," kilah Bot.
Bot mengakui, kehadiran dirinya merupakan pertama kali
sejak 60 tahun lalu di mana seorang kabinet Belanda hadir dalam perayaan
kemerdekaan. "Dengan kehadiran saya ini, pemerintah Belanda secara politik
dan moral telah menerima proklamasi yaitu tanggal RI menyatakan kemerdekaannya,"
tukas pria kelahiran Batavia (Jakarta) ini.
Pasca proklamasi, lanjut Bot, agresi militer Belanda
telah menghilangkan nyawa rakyat Indonesia dalam jumlah sangat besar. Bot
berharap, meski kenangan tersebut tidak pernah hilang dari ingatan rakyat
Indonesia, jangan sampai hal tersebut menjadi penghalang rekonsiliasi antara
Indonesia dan Belanda.
Meski menyesali penjajahan itu, Belanda tidak secara
resmi menyatakan permintaan maaf. Indonesia pun tidak secara resmi menyatakan
memaafkan Belanda atas tiga setengah abad penjajahannya.
Pidato ini dilakukan dalam rangka pesan dari
pemerintah Belanda terkait peringatan Hari Ulang Tahun ke-60 RI. Turut hadir
Menlu Hassan Wirajuda, Jubir Deplu Marty Natalegawa, dan sejumlah mantan Menlu.
Dari pihak Belanda, hadir Dubes Belanda untuk Indonesia dan disaksikan para
Dubes dari negara-negara sahabat.
Sikap Pemerintah Indonesia
Menlu Hassan pun hanya mengatakan,"Kami menerima
pernyataan penyesalan dari pemerintah Belanda". Saat ditanya apakah dengan
menerima penyesalan dari pemerintah Belanda berarti Indonesia memaafkan
kejahatan Belanda semasa penjajahan dulu, Hassan tidak membenarkan dan tidak
membantahnya. "Kita sudah dengar sendiri dari Menlu Bot. Ini adalah
pernyataan yang sensitif. Di Belanda pun untuk menyatakan penyesalan ini menjadi
perdebatan sejumlah pihak. Kita harus menghargai sikap Belanda," tutur
Hassan.
Acara yang dimulai pukul 19.30 ini berakhir pada pukul20.15 WIB. Usai menyampaikan pidatonya, kedua Menlu ini saling memotong tumpengannasi kuning sebagaitanda dimulainya babak baru hubungan Indonesia dan Belanda